Monday, August 18, 2014

Secuil Kisah di Puncak Sang Anak Raksasa

Senin, 18 Agustus 2014.

Yep. Sehari setelah perjalanan trip yang melelahkan. Total perjalanan sekitar 4 hari. Kalo diitung-itung sih ya emang 4 hari (96 jam). Dimulai hari Jumat (15 Agustus 2014), dan berakhir hari Senin (18 Agustus 2014).

Oke. Sesuai judul. Yang gue ceritain di sini adalah upacara kecil-kecilan di puncak Gunung Anak Krakatau. Ya, kalian gak salah baca, Gn. Anak Krakatau. Serem..? Nggak sih. Buat gue nggak serem. Meski dulu pernah jebluk segede gambreng, gue dari dulu ngincer nih gunung lho. Sekian tahun pengen ke sini, akhirnya kesampean juga berkat Rafauili Trip yg ngadain pendakian ke situ.

Minggu pagi (17/8), tepatnya pukul 02:00 WIB kami dibangunkan oleh panitia untuk segera berangkat dari Pulau Sebesi ke Gn. Anak Krakatau. Alasan dibangunkan sepagi itu adalah untuk mengejar sunrise di puncak Krakatau dan menghindari keramaian di puncak karena notabene yang berangkat ke situ diperkirakan mencapai 800 orang total.

Setelah digonjang-ganjing ombak yang kata panitia itu "ombak biasa" selama 2 jam kalo gak salah itung, kami tiba di pantai Gunung Anak Krakatau. Begitu menjejak di pantainya, ada yang gue sadari, ini bukan pasir pantai, melainkan abu vulkanik. Karena lebih lembut daripada pasir pantai, dan berwarna hitam pekat. Masuk akal sih, karena memang gunung itu masih aktif.

Setelah semua keluar dari kapal, ada briefing sebentar dan berdoa agar pendakian berjalan lancar. Dan kami juga diberitahu agar tidak membuka jalur sendiri karena ada resiko tersesat menuju ke daerah untuk aliran lava dan jurang yang mengarah langsung ke laut.

Oke. Pendakian pun dimulai. Suasana gelap menyelimuti rombongan yang memasuki hutan. Sekitar 5 menitan, kami keluar dari hutan, dan langsung dihadapkan pada tanjakan berpasir gersang. Pasir, abu, dan batu-batu besar berserakan di sepanjang lereng pendakian. Kesulitan mendaki puncak terutama dikarenakan medannya yang berupa pasir vulkanik yang menyebabkan mudahnya terpeleset.

Setelah sekian banyak "pemberhentian" dan sekian menit pendakian, tibalah di puncak. Ternyata udah lumayan rame, sekitar setengah rombongan udah sampe. Gak lupa di foto dulu sama om Zax (kalo gak salah inget).

Setelah semua tiba di puncak, upacara kecil-kecilan pun dimulai. Dengan memberikan hormat kepada Sang Saka Merah Putih sambil menyanyikan lagu Indonesia Raya, upacara pun dimulai. Ada sedikit rasa haru begitu gue sampai di puncak. Ya, gue hampir gak percaya kalo gue akhirnya bisa ke sini, dan bisa sampe di puncaknya. Dan upacara itu juga bikin terharu.

Dirgahayu, Indonesiaku. 69 tahun sudah sejak pertama kali Soekarno mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. 69 tahun sudah negeri yang cantik ini berdiri.

Selesai upacara, dilanjutkan acara foto-foto bersama. Banyak yang membawa bendera, dan berfoto dengan bendera yang mereka bawa. Namun sayang, banyak dari mereka yang masih memperlakukan bendera Indonesia dengan tidak hormat. Bagaimana bisa mencintai Indonesia namun memperlakukan bendera dengan sopan saja tidak bisa.

Selesai foto-foto, semua turun ke bawah untuk menikmati sarapan di pinggir pantai Gn. Anak Krakatau. Dan memang benar, begitu turun di bawah maupun dalam perjalana turun, banyak ditemui pengunjung dari Trip Organizer lain. Ternyata, sang anak raksasa ini masih dapat menarik minat banyak warga Indonesia.


"Negeri kita kaya, kaya, kaya-raya, Saudara-saudara. Berjiwa besarlah. Gali! Bekerja! Gali! Bekerja! Kita adalah satu tanah air yang paling cantik di dunia." (Soekarno, Semarang, 29 Juli 1956)

This trip was provided by Rafauli Trip.
Special thanks for Rafauli Trip for making my dream come true, for this amazing trip.

Kisah parjalanan selengkapnya: Secuil Kisah dari Selat Sunda

3 comments:

  1. mantap liputan tripnya... sukses terus dengan gunung2 yang laennya... trims sudah ikut dalam trip kami...... salam trip dan salam backpacker

    ReplyDelete
  2. Wah seorang ejak biso mendaki gunungg akhirnya x)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Biso donk... Cuman 200an mdpl, kok. Tapi capeknyo itu. Hahaha.

      Delete

This House Is Not For Sale Review: II. Track by Track (Reg)

Jakarta, 18 Mei 2017 Jarak antara Part satu  dan Part dua lumayan jauh. Yaaaaa.... gimana lagi. Sibuk sih. Pergi pagi pulang malam te...